Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Tiba di penghujung tahun, kaum muslimin kembali diuji iman, aqidahnya. Masuk di akhir bulan Desember dimana muslim kerap terjebak dalam sebuah kata yaitu “toleransi”. Sebagian umat islam atas nama toleransi dan tuntutan pekerjaan diminta untuk ikut dalam perayaan hari raya Natal. Pada akhirnya tidak sedikit umat islam yang ikut mengucapkan “selamat natal” dan mengenakan atribut-atribut natal.
Lalu bagaimana kita menyikapinya ?
Sikap umat islam sendiri beragam ada yang menganggap bahwa ikut dalam perayaan natal—seperti mengucapkan selamat natal atau mengenakan atribut natal—hanyalah sebagai wujud dari toleransi antar umat beragama yang tidak akan sampai merusak aqidah karena yang penting mereka tetap meyakini islam sebagai agama yang mereka anut. Dan pada sebagian umat islam lainnya ada yang dengan tegas menganggap bahwa ikut dalam perayaan umat agama lain termasuk natal adalah haram.
Mari lihat bagaimana sikap Rasulullah di bawah ini:
“Rasulullaah SAW jika mengiringi jenazah, tidak duduk hingga mayit dimasukan ke liang lahat. Seorang ulama Yahudi mendekat dan berkata; ‘beginilah yang kami lakukan wahai Muhammad’.” Ubaidah berkata; “Lantas Rasulullaah SAW duduk dan bersabda; ‘Selisihilah mereka’.” (HR. Tirmidzi)